(STIBA.ac.id) Makassar – Pascapengumuman lokasi tugas para alumni STIBA lulusan 2022, Bagian Kemahasiswaan dan Pemberdayaan Alumni Putri STIBA mengadakan Daurah Fikih Amar Makruf dan Nahi Mungkar. Kegiatan tersebut dalam rangka memberikan bekal dakwah untuk mereka. Spirit Hijrah Semangat Perjuangan menjadi tema yang diangkat dalam kegiatan Daurah Fikih ini yang digelar Ahad, (21/08/2022).
Kegiatan ini mendatangkan Ketua Yayasan Amar Makruf Nahi Mungkar Ustaz Imran Bukhari Ibrahim, Lc., M.H. sebagai narasumber. Ustaz Imran memberikan pemahaman akan pentingnya amar makruf nahi mungkar di tengah masyarakat. Selain itu, ia juga mengibaratkan dakwah sebagai bangunan yang tidak akan kokoh kecuali dibangun dengan tiang yang kuat. Pilar (amar makruf nahi mungkar) itu terdiri dari dakwah, tarbiah, dan hisbah.
“Meskipun ada dakwah dan tarbiah, namun tidak bisa menjamin semua umat Islam akan bertakwa dan menjauhi kemaksiatan. Di sinilah peran dai dan daiyah untuk bagaimana mereka berpikir melakukan pengobatan (perubahan). Sangat disayangkan jika dalam sebuah tempat terdapat seorang penuntut ilmu namun tidak mencegah kemungkaran yang terjadi di dekatnya. Maka jangan berpikir dakwah hanya boleh dilakukan di daerah terpencil untuk orang-orang mualaf, sedang di tengah-tengah kita justru terdapat orang-orang yang tidak ber-Islam dengan baik,” ujar dosen STIBA tersebut.
Selain mendapat materi pembekalan sebelum dilepas ke daerah pengabdian, para mahasiswi alumni STIBA Makassar Angkatan V juga melakukan simulasi-simulasi bersama di Aula Aisyah radhiallahu ‘anha.
(STIBA.ac.id) Malang – Prodi PBA sebagai program studi baru di STIBA Makassar, sejak tanggal 5 April 2022 dinyatakan bergabung dalam Perkumpulan Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PPPBA) Indonesia.
Sebagai anggota, Prodi PBA STIBA berhak mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh PPPBA. Seperti yang diadakan baru-baru ini, yaitu Rapat Kerja Nasional PPPBA dan Semiloka. Rakernas tersebut mengusung tema Best Practice Kurikulum PBA Berbasis MBKM, Bedah Instrumen APS Lamdik, dan Akreditasi Internasional AQAS. Acara ini berlangsung selama tiga hari, Rabu-Jumat (24-26/08/2022) di El Hotel Kartika Wijaya Batu Malang.
STIBA Makassar mengirim tiga utusan dalam kegiatan tersebut, mereka adalah Dr. Kasman Bakry, M.H.I. (Wakil Ketua Bidang Akademik), Dr. Rustam Koly, M.A. (Ketua Program Studi PBA), dan Abdullah Nazim Hamid, Lc. (Sekretaris Prodi PBA).
Kegiatan yang berlangsung sangat padat tersebut, dirangkaikan dengan Penandatangan Akad Kerja Sama (MoA/PKS) antaranggota asosiasi. Prodi PBA STIBA Makassar berkesempatan melakukan akad Memorandum of Agreement(MoA) dengan beberapa lembaga atau institusi lainnya, di antaranya dengan Asosiasi PPPBA, Prodi PBA Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Ponorogo, Prodi PBA Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) Sinjai, Prodi PBA Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka (UHAMKA) Jakarta, dan Prodi PBA Universitas Juanda Bogor.
Kerja Sama dengan Prodi PBA Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor PonorogoPenandatanganan Perjanjian Kerja Sama dengan PPPBAoleh Ketua Umum PPPBAKerja sama dengan PBA IAIM Sinjai
Kerja sama tersebut bertujuan untuk saling berkolaborasi dalam pelaksanaan tridarma perguruan tinggi, terkhusus dalam implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Keikutsertaan perdana Ka. Prodi dan Sek. Prodi PBA STIBA Makassar dalam Rakernas dan Semiloka PPPBA ini diharapkan memberikan pengetahuan dan peningkatan skill dalam mengelola Prodi PBA sesuai yang diharapkan.
Kegiatan ini diikuti lebih dari 100 peserta yang berasal dari 80-an Prodi PBA se-Indonesia.
Dibuka secara resmi oleh Dr. Tulus Mustafa, M.A. selaku Ketua Ikatan Mudarris/sah Lughah Arabiyah (IMLA) Indonesia, yang didampingi oleh Dr. Dedih Wahyuddin, M.Ag. selaku Ketua PPPBA Indonesia, Muhammad Wahyudi, M.Pd. (Sekjen PPPBA Indonesia), dan Dr. Hanik Mahliatussikah, MA. (Bendahara Umum PPPBA Indonesia).
(STIBA.ac.id) Makassar – Kuliah perdana menjadi aktivitas awal yang dilaksanakan Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar dalam mengawali Tahun Ajaran baru 1444—1445 H/2022—2023 M. Kuliah tersebut berlangsung di Masjid Anas bin Malik dihadiri seluruh mahasiswa, dosen, dan pengelola ikhwan. Sementara akhwat mengikuti melalui media daring.
Piagam Jakarta, Sejarah dan Titik Temu Maslahat Kebangsaan menjadi materi kuliah yang disampaikan oleh Dr. Tiar Anwar Bachtiar. Materi ini menjadi sangat menarik karena mengangkat tema kebangsaan seperti kegiatan Dialog Kebangsaan yang dilaksanakan STIBA Makassar belum lama ini (Jumat, 19/08/2022). Hal itu disampaikan Ketua Senat STIBA Ustaz Muhammad Yusran Anshar, Lc., M.A., Ph.D. dalam sambutannya,
“Kuliah perdana ini bagaikan pengganti bagi yang tidak sempat mengikuti Dialog Kebangsaan kemarin. Jadi kegiatan ini adalah Dialog Kebangsaan wa ziyadah (dan tambahan),” ujar mantan Ketua STIBA tersebut, Senin, 29 Agustus 2022.
Sesuai dengan materi yang diusung, Dr. Tiar membuka materinya dengan membahas ideologi yang oleh sebagian orang mempertentangkan antara Pancasila dan Islam. Ia menganggap, antara keduanya itu sama sekali tidak mempunyai perbedaan.
“Saya heran, pertentangan antara Pancasila dan Islam ini diambil dari mana? Keduanya ini adalah satu kesatuan. Kalau mahasiswa STIBA yang ada menjalankan dengan baik agama Islam, maka tidak usah ragu apakah kita tetap pancasilais atau tidak, karena seluruh nilai Pancasila itu ada dalam Islam,” terangnya.
Anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu menjelaskan secara gamblang sejarah dirumuskannya Pancasila mulai dari masa penjajahan sampai masa penetapan. Ia bercerita jika saat penjajahan terdahulu, mereka yang memperjuangkan nasib masyarakat ialah pemimpin informal mereka, yaitu para kyai, ulama, atau para ustaz.
Dari situ kemudian ia menganggap bahwa sebenarnya umat Islam ini dari dulu punya andil yang besar untuk Indonesia.
“Saham yang dimiliki Islam itu luar biasa. Buktinya Piagam Jakarta adalah buah dari pengusulan dari umat Islam. Jika negara mau dipisahkan dari Islam, maka ia seperti kacang yang lupa kulitnya atau anak lupa ibunya,” urainya.
Keputusan yang mengubah Pancasila dari Piagam Jakarta juga diulas oleh Pengurus PP PERSIS tersebut. Ia mengatakan Pancasila tetap merupakan Piagam Jakarta, tidak seperti persangkaan sebagian orang.
“Pancasila tetap merupakan Piagam Jakarta, cuma diperhalus sedikit, jadi bukan diganti. Pancasila tetap menjamin umat Islam untuk melaksanakan ajaran agamanya seperti yang diusung dalam Piagam Jakarta. Karena itu, baik secara tertulis maupun faktual, Piagam Jakarta itu masih hidup sampai sekarang,” tambah penulis buku Jas Mewah tersebut.
Terakhir, Dr. Tiar mengajak kepada seluruh civitas akademik STIBA untuk memperjuangkan ajaran agama Islam agar tegak secara legal di negara Indonesia. (MuhammadbY)
(STIBA.ac.id) Makassar – Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar menggelar Sidang Senat Luar Biasa Wisuda Sarjana V. Prosesi wisuda ini diikuti oleh 275 yang terdiri dari 130 wisudawan dan 145 wisudawati, seperti disampaikan oleh Ketua STIBA Makassar Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. dalam sambutannya. Selain dihadiri oleh Senat dan unsur-unsur pimpinan di STIBA Makassar, hadir pula dalam Wisuda V ini Walikota Makassar Ir. H. Moh. Ramdhan Pomanto beserta Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. dan Wakil Koordinator Kopertais Wil. VIII Sulawesi, Maluku, Papua Dr. K.H. Hamzah Harun Ar Rasyid, Lc., M.A. Dalam sambutannya, Danny Pomanto mengajak alumni Prodi Perbandingan Mazhab STIBA untuk menghilangkan pengotak-ngotakan yang terjadi di tengah masyarakat karena persoalan khilafiah. “Mengapa kita khususnya umat Islam lemah? Karena kita terkotak-kotak. Maka saya mengajak alumni STIBA untuk menghilangkan kotak-kotak ini,” ujar Walikota Makassar tersebut, Kamis (18/08/2022) di Balai Sidang 45 Makassar. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa terkadang kita terjebak dengan gelar. Banyak orang bergelar tinggi tapi kurang ilmu. “Dalam Al-Qur’an disebut orang berilmu adalah yang mengamalkan ilmunya. Dan ilmunya itu bermanfaat untuk orang lain,” katanya. Karena itu, ia mengajak kepada seluruh alumni agar berkolaborasi dengan pemerintah Kota Makassar untuk meningkatkan keimanan umat khususnya di Kota Makassar. Sementara itu, Ustaz Zaitun Rasmin mengatakan kepada para wisudawan dan wisudawati agar tidak khawatir dengan pekerjaan. “Tidak usah siapkan map. Melamar pekerjaan kesana-kemari. Anda yang dilamar untuk pekerjaan yang bukan sembarang pekerjaan. Bahkan itu adalah pekerjaan para nabi,” ujar Ustaz Zaitun. Menurutnya, pekerjaan menjadi dai bukan tanpa penghasilan. Ada penghasilan akhirat jika niatnya ikhlas. Sementara untuk dunia, kata Ustaz Zaitun, siapa yang mengejar akhirat maka akan mendapat dunia. Selama dia sadar bahwa seorang muslim tidak berpangku tangan.
Wakor Kopertais Wil. VIII Dr. K.H. Hamzah Harun Ar Rasyid saat memberikan sambutan menyampaikan bahwa dalam rangka melakukan islahul ummah (perbaikan umat), seseorang harus memiliki lima hal, yaitu iman, ilmu, amal, akhlak, dan keterampilan. Sebelum pembacaan nama-nama wisudawan, Ketua Harian DPP Wahdah Islamiyah Dr. K.H. Rahmat Abdurrahman, Lc., M.A. menyampaikan orasi ilmiah dengan tema Wasathiyah Islam dan Wawasan Kebangsaan dalam Perspektif Fikih Siyasah.
(STIBA.ac.id) Makassar – Dalam Dialog Kebangsaan yang digelar Wahdah Islamiyah dan STIBA Makassar di Kampus STIBA Makassar, Jumat (19/08/2022), para tokoh pembicara dalam kegiatan tersebut sempat menyinggung fenomena wanita bercadar.
Menkopolhukam Prof. Dr. H. Mahfud MD. mengatakan dalam orasinya bahwa hak setiap warga negara dilindungi oleh negara.
“Oleh sebab itu saya bilang, siapa sih orang, kok sering bilang di Indonesia ada islamofobia? Mana ada. Kalau oleh negara tidak ada. Kalau ada orang bilang pakai celana cingkrang dibilang kadrun, itu bukan pemerintah yang bilang. Itu sesama rakyat sendiri. Pemerintah bilang tidak apa-apa kamu pakai celana cingkrang. Pakai aja, boleh. Pak, kalau pakai cadar dibilang pakaian gurun. Yang bilang siapa? Bukan pemerintah yang bilang. Ya, paling Abu Janda. Kan begitu. Kalau pemerintah kan nggak,” seloroh Prof. Mahfud disambut riuh tawa hadirin.
Pada sesi dialog, empat pembicara mendapat kesempatan menanggapi pertanyaan salah seorang peserta perempuan. Penanya tersebut menanyakan bagaimana cara menghilangkan stigma negatif terhadap perempuan bercadar.
Mendapat kesempatan sebagai penanggap pertama, Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88 AT Polri Kombes. Pol. Ponco Ardani, S.H. mengatakan bahwa jilbab juga pernah menjadi hal yang tabu di kepolisian khususnya di kalangan polwan. Tapi seiring berjalannya waktu, akhirnya jilbab pun dilegalkan.
Karena itu, ia menyarankan agar para wanita bercadar giat melakukan sosialisasi, terutama secara konstitusional yaitu melalui organisasi.
“Terus secara pribadi, kita tunjukkan bahwa kita yang bercadar ini adalah wanita-wanita yang tangguh, wanita-wanita yang hebat, wanita-wanita yang cinta tanah air, cinta keluarga. Tunjukkan itu kepada masyarakat sekitar, minimal. Di situ nanti akan berkembang menjadi sesuatu yang bagus. Nah, akhirnya itu akan seperti tadi, saat jilbab itu tabu sekarang malah menjadi idola. Menjadi kebanggaan,” ujarnya.
Sementara Kepala Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulsel Prof. Dr. Muammar Muhammad Bakry yang mewakili Kepala BNPT Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H. yang berhalangan hadir karena harus menghadiri acara lain mengakui bahwa ia pernah memiliki pemahaman yang sama dengan kebanyakan orang tentang cadar.
“Tapi setelah saya membuka literasi ketika belajar di Mesir, ternyata cadar itu pandangannya Imam Syafi’i. Karena itu, pikiran saya kemudian saya ubah. Dan itu artinya bahwa kesepahaman yang paling utama di umat Islam. Sehingga yang perlu diantisipasi adalah pikiran kita. Jadi jangan sampai kita men-judge (menghakimi-red.) orang yang pakai cadar. Sebaliknya juga begitu. Jangan sampai kita men-judge,” ungkap Imam Besar Masjid Al-Markaz Al-Islami dan Dekan FSH UIN Alauddin Makassar tersebut.
Dr. K.H. Sodikun, M.Si. selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyemangati para wanita bercadar. Menurutnya wanita-wanita bercadar harus bersyukur dan berbahagia karena telah memilih untuk bercadar.
“Terus bercadar sampai akhir hayat Saudari. Ini keberkahan. Lebih banyak mengantisipasi kemudaratan-kemudaratan. Karena laa dhara walaa dhiraar di situ sesungguhnya. Insyaallah dari kejauhan nanti akan bisa merasakan harumnya surga. Sebagaimana mungkin yang diinformasikan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Wanita-wanita yang selalu menjaga dirinya dari hal-hal yang mendatangkan kemudaratan bagi dirinya dan orang lain. Ini sangat luar biasa,” kata Kiai Sodikun.
Menjadi penanggap terakhir, Pimpinan Umum Wahdah Islamiyah Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A. menyampaikan bahwa Wahdah Islamiyah tidak pernah mewajibkan kader wanitanya untuk bercadar.
“Di Wahdah tidak ada kewajiban cadar. Akhwat kami pun sebagian tidak memakai cadar. Ini supaya jangan dianggap semuanya (bercadar-red.). Yang tidak pakai cadar pun sangat menghargai yang pakai cadar dan sebaliknya. Bahkan statement kami sejak 15 tahun yang lalu, yang pakai cadar tidak menganggap diri lebih mulia. Yang pakai jenggot tidak menganggap diri lebih mulia dari yang lainnya sesama muslim,” kata UZR.
Ustaz Zaitun mengungkapkan alasan pernyataannya itu. Ia mengatakan bahwa boleh jadi orang yang tidak pakai cadar atau orang yang tidak memelihara jenggot punya amalan-amalan luar biasa yang nilainya sangat mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Hanya kami ini memahami bahwa ini sunah maka kami pelihara. Tapi kami sama sekali tidak melihat itu sebagai sebuah ukuran di dalam ketakwaan dan di dalam kemuliaan kita di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala,” pungkas Ustaz Zaitun disambut jabat tangan dari Prof. Muammar Bakry sebagai respons positif atas pernyataannya tersebut.
Selain dihadiri oleh Menkopolhukam dan para pembicara dalam Dialog Kebangsaan, acara ini juga dihadiri oleh Pangdam XIV Hasanuddin, Kapolda Sulawesi Selatan, Deputi Gubernur Sulawesi Selatan Bidang Kesra, pengurus Wahdah Islamiyah, civitas academica STIBA Makassar, tamu-tamu undangan, dan kader-kader Wahdah Islamiyah.
(STIBA.ac.id) Makassar – Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (APTIKIS) Indonesia mengadakan kegiatan Workshop Kurikulum MBKM dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS), Senin (22/08/2022). Kegiatan yang terlaksana berkat kerja sama dengan 10 PTKIS, di antaranya STIBA Makassar tersebut, berlangsung di Kampus STAI DDI Maros. Pihak pelaksana menghadirkan Asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan (Lamdik) Dr. Hj. St. Syamsudduha, M.Pd. selaku narasumber.
STIBA Makassar mengutus tujuh orang dosen pengelola sebagai peserta dalam kegiatan tersebut, yaitu Dr. H. Kasman Bakry, M.H.I. (Wakil Ketua I Bidang Akademik), Dr. H. Rustam Koly, Lc., M.A. (Ka. Prodi Pendidikan Bahasa Arab/Ka. PKU), H. Saifullah bin Anshar, Lc., M.H.I. (Ka. Prodi Perbandingan Mazhab), H. Rahmat Badani, Lc., M.A. (Ka. Program Persiapan Bahasa), H. Irsyad Rafi, Lc., M.H. (Sek. Prodi PM/PB), H. Abdullah Nazim Hamid, Lc. (Sek. Prodi PBA), Ihwan Wahid Minu, M.E. (Auditor Internal Pusat Penjaminan Mutu).
Dalam lokakarya tersebut, Ka. Prodi PM, Ustaz Saifullah Anshar ditunjuk mewakili para peserta untuk mempresentasikan RPS di hadapan seluruh peserta.
Kehadiran tujuh utusan STIBA dari unsur Akademik dan Pusat Penjaminan Mutu tersebut, diharapkan dapat meningkatkan skill dan kompetensi dalam penyusunan kurikulum berbasis MBKM di STIBA Makassar.
Acara yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kanwil Kementerian Agama Kabupaten Maros tersebut dibuka oleh Sekretaris Umum APTIKIS Dr. Muhammad Tang, M.Si. Di samping sebagai Sekum APTIKIS, ia juga merupakan Wakil Ketua Bidang Akademik STAI Al-Furqan.
(STIBA.ac.id) Makassar – Orientasi Mahasiswa Baru Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (OMB STIBA) 2022 resmi dibuka pada hari Senin, 22 Agustus 2022. Kegiatan ini dihadiri sebanyak 322 mahasiswa baru yang hadir secara offline di Masjid Anas bin Malik dan 298 mahasiswi yang menghadiri secara virtual di Gedung Aisyah.
Pembukaan OMB diawali laporan Kepala Bagian Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Ustaz Islahuddin Gunawan, S.Pd.I., S.H. Dalam laporannya ia mengatakan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai bentuk pengenalan kepada mahasiswa baru tentang kampus STIBA dan ormas Wahdah Islamiyah. Dalam Daurah OMB ini pula mahasiswa baru akan dibekali dasar-dasar keislaman, manajemen, tatib, dan sebagainya.
Acara dibuka secara resmi oleh Ketua STIBA Makassar Ustaz Akhmad Hanafi Dain Yunta, Lc., M.A., Ph.D. Dalam sambutannya, Ustaz Ahmad mengingatkan kepada para mahasiswa baru agar memperbanyak kesyukuran kepada Allah.
“Ini adalah takdir pilihan Allah kepada kita untuk menuntut ilmu syar’i, dan bertambah kesyukuran kita karena dipilih secara bersama-sama untuk memasuki satu tahapan pendidikan sarjana di sebuah institusi yang bernama STIBA Makassar,” ujarnya.
Daurah Orientasi Mahasiswa Baru dimulai pada Senin–Sabtu, 22-27 Agustus 2022 dengan 24 materi berbeda.
Mudir menutup sambutannya dengan berpesan kepada peserta agar memperbaiki niat, “Mulailah dengan niat yang baik dan semangat yang kuat,” tutupnya.
(STIBA.ac.id) Makassar – Sebanyak 275 alumni STIBA Makassar dan 64 alumni Tadribud Du’at dilepas secara resmi ke daerah tugas masing-masing. Pelepasan dai tersebut berlangsung dalam Tablig Akbar Nasional yang digelar oleh Ormas Islam Wahdah Islamiyah di Gedung Aisyah Kampus STIBA Makassar.
Ketua Departemen Urusan Wilayah dan Daerah Dewan Pengurus Pusat Wahdah Islamiyah Ustaz Akino melaporkan bahwa ada 233 titik yang akan diisi sebanyak 345 orang dai dan daiyah Wahdah Islamiyah.
“Untuk kampus STIBA dikirim 130 orang dai dan 145 orang daiyah, untuk sekolah dai dikirim 43 orang dai dan 21 orang daiyah, sementara dari tataran kampus masing-masing dua perwakilan, jadi total 345 orang yang dilepas untuk berdakwah ke masyarakat,” katanya.
Alfian Uwais, salah seorang alumni STIBA yang diutus ke Papua mengisahkan pengalamannya ketika mengikuti tes wawancara saat akan masuk STIBA. Ia ditanya oleh ustaz pewawancara, “Apakah Antum siap diutus menjadi dai setelah lulus dari STIBA?”
Pertanyaan itu dijawab tegas Alfian dengan mengatakan ia bahkan siap diutus ke Papua. Dan ternyata jawabannya empat tahun silam itu menjadi kenyataan.
“Takdir Allah memang selalu indah dan terbaik,” ujarnya.
Berstatus alumni dan harus meninggalkan kampus STIBA Makassar menuju daerah tugas, Alfian mengungkapkan perasaannya dalam media sosialnya:
Rasanya tak ingin meninggalkan tempat ini
Berada di bawah bimbingan asatidzah dalam lautan ilmu
Dan suasana yang takkan kita dapatkan di tempat lain.
Menghafal Al-Qur’an bakda Subuh
Menghabiskan setengah hari dalam kelas
Menelaah kitab-kitab penuh semangat
Duduk bersama ikhwan dalam majelis taklim dan tarbiah
Suasana seperti itu akan benar-benar dirindukan.
Namun urusan umat di pelosok negeri telah menanti
Ilmu Islam yang telah didapatkan harus disebarkan ke setiap insan.
Perjuangan yang sebenarnya baru dimulai
Singsingkan lengan bajumu kawan,
saatnya mengabdi untuk umat.
Insyaallah kita akan berjumpa lagi.
Kalaupun tidak semoga Allah mengumpulkan kita kembali di surga-Nya.
(STIBA.ac.id) Makassar – Menteri Koordinator Bidang Polhukam Republik Indonesia Prof. Dr. H. Moh Mahfud MD hadir sebagai Keynote Speaker dalam kegiatan Dialog Kebangsaan Wahdah Islamiyah dan STIBA Makassar. Kegiatan tersebut digelar di Gedung Aisyah Kampus Putri STIBA Makassar Kecamatan Manggala Kota Makassar Sulawesi Selatan, Jumat (19/8/2022).
Kegiatan yang mengangkat tema Dengan Takwa dan Komitmen pada Konstitusi serta Hukum yang Berlaku Kita Wujudkan NKRI Jaya dan Harmoni mendapatkan apresiasi dari Menkoplhukam RI.
“Saya menyambut gembira dan terharu dengan Dialog Kebangsaan ini yang memilih tema Dengan Takwa dan Komitmen pada Konstitusi Hukum Kita Wujudkan NKRI Jaya dan Harmoni. Dari tema ini ada kata takwa, konstitusi, dan harmoni adalah tiga variabel penting, dan menjadi pertimbangan bagi saya untuk hadir,” ujar Prof. Mahfud di awal sambutannya.
Prof. Mahfud juga bercerita tentang awal mengenal Wahdah Islamiyah, ia mengatakan bahwa dulu pernah hadir dalam Muktamar Wahdah secara online karena saat itu masih masa pandemi. Ia mengaku bahwa waktu itu sempat bertanya kepada Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Jenderal Budi Gunawan, menurut identifikasi BIN tentang Wahdah Islamiyah ini seperti apa.
“Kemudian identifikasi BIN mengatakan bahwa Wahdah Islamiyah adalah organisasi Islam yang berasas kebangsaan, menyatakan kesetiaanya kepada NKRI. Olehnya itu, BIN merekomendasikan kami untuk datang ke sana dengan tujuan menyolidkan komitmen tersebut,” paparnya.
Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2008-2013 tersebut menyebutkan bahwa ormas Islam adalah aset nasional yang patut untuk dijaga keberadaannya, demi memperkuat NKRI.
“Ormas Islam adalah aset nasional yang bisa memperkuat NKRI sebagaimana ormas-ormas yang lain. Indonesia sebenarnya sudah berakar di lubuk hati bangsa Indonesia dari seluruh suku di penjuru wilayah. Negeri indah Indonesia, menanti dan merindukan karya-karyamu. Dan itu Wahdah Islamiyah,” ujarnya.
Prof. Mahfud juga menjelaskan bahwa peran tokoh-tokoh Islam sangat besar dalam kemerdekaan NKRI dan ikut terlibat dalam perancangan konstitusi dan Pancasila.
“Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, kita mengenal dengan tokoh-tokoh Islam seperti Agus Salim, Ki Bagus Hadikusumo, Wahid Hasyim yang ikut memperjuangkan berdirinya NKRI bahkan terlibat langsung dalam penyusunan konstitusi dan dasar-dasar negara. Olehnya itu, mari kita jaga NKRI dengan sepenuh hati,” ungkapnya.
Menanggapi berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat, di mana sering terjadi penyudutan terhadap pemerintah bahwa antiajaran Islam yang disebut dengan islamofobia dan lainnya. Menurut Prof. Mahfud, negara tidak pernah bersikap islamofobia dan begitu pun dengan agama yang lain.
“Negara tidak pernah bersikap islamofobia, kristenfobia, budhafobia dan fobia-fobia yang lainnya. Negara ini melindungi setiap warga negara dalam berbagai kegiatan keagamaan. Semua agama dilindungi, tidak boleh satu agama mendiskreditkan agama yang lain,” pungkasnya.
Dialog Kebangsaan ini dihadiri sejumlah tokoh bangsa, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Prof. Dr. H. Mahfud MD., Ketua MUI Pusat Dr. K.H. Sodikun, M.Si., Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88 AT Polri Kombes. Pol. Ponco Ardani, S.H., Kepala Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulsel Prof. Dr. Muammar Muhammad Bakry, Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, Kapolda Sulsel Irjen. Pol. Drs. Nana Sudjana, M.M., dan Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A.
(STIBA.ac.id) Makassar – Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar dan Wahdah Islamiyah menggelar acara Dialog Kebangsaan di Gedung Aisyah Kampus STIBA Makassar. Kegiatan ini bertajuk Dengan Takwa dan Komitmen pada Konstitusi Kita Wujudkan NKRI Jaya dan Harmoni.
Dialog Kebangsaan ini dihadiri sejumlah tokoh bangsa, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Prof. Dr. H. Mahfud MD., Ketua MUI Pusat Dr. K.H. Sodikun, M.Si., Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88 AT Polri Kombes. Pol. Ponco Ardani, S.H., Kepala Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulsel Prof. Dr. Muammar Muhammad Bakry, Pangdam XIV Hasanuddin Mayjen TNI Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, Kapolda Sulsel Irjen. Pol. Drs. Nana Sudjana, M.M., dan Ketua Umum DPP Wahdah Islamiyah Dr. K.H. Muhammad Zaitun Rasmin, Lc., M.A.
Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar, Ustaz Dr. Ahmad Hanafi Dain Yunta menyampaikan, keberagamaan di Indonesia itu merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan.
“Narasi kebangsaan dan keberagamaan khusunya Islam sejatinya adalah sebuah kebersamaan yang tidak bisa dipisahkan,” katanya dalam acara Dialog Kebangsaan tersebut, Jumat (19/8/2022).
Ia menilai bahwa lahirnya bangsa Indonesia ini mengajarkan pada dunia betapa nilai ketuhanan dan keimanan itu bertahta pada sila pertama Pancasila yang merupakan kesepakatan anak bangsa untuk membentuk dan membangun bangsa dan negara.
“Sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Mahaesa menjiwai sila-sila berikutnya yang dengannya bangsa Indonesia ini menjadi teladan bagi dunia bagaimana meramu kebersamaan yang indah,” jelasnya.
Ustaz Ahmad Hanafi menyayangkan adanya arus untuk mendegradasi nilai kebangsaan dalam semangat dan keberagaman. Hal ini berpotensi mereduksi nilai keberagaman dalam semangat kebangsaan yang merupakan sebuah pondasi kehidupan bangsa.
“Memperhatikan fenomena ini di mana secara faktual telah memberi dampak dari sisi keamanan negara. Maka STIBA Makassar dan Wahdah Islamiyah sebagai anak bangsa yang tidak terpisahkan dari bangsa ini merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi dan merekatkan kedua nilai dan semangat yaitu nilai semangat kebangsaan dan keberagamaan, yang bukan hanya menjadi pilar tapi sekaligus menjadi pondasi bagi kehidupan kita sebagai bangsa,” tuturnya.
Ketua STIBA Makassar tersebut juga menegaskan bahwa ulama dan pemerintah adalah dua kompenen yang memiliki peran dan tugas untuk mewujudkan NKRI yang jaya dan harmoni.
“Tentu saja peran ulama sangat signifikan sebagai mitra pemerintah yang dalam ajaran Islam kedua kelompok tersebut sebagai pilar utama untuk kebaikan, ketentraman, kesejahteraan serta kemakmuran suatu masyarakat, bangsa dan negara. Dengan takwa dan komitmen pada konstitusi dalam perundang-undangan dan hukum yang berlaku kita wujudkan NKRI jaya dan harmoni,” tegasnya.